cherish

tersebutlah seorang pria tampan dari negri gemah ripah loh jinawi. pria ini dikaruniai 9 orang putera dan 4 orang puteri. istrinya sudah dua tahun kembali ke pangkuaan Yang Maha Memiliki. suatu ketika, pria ini mengadakan sebuah sayembara bagi anak-anak dan keluarga besarnya. barangsiapa yang dapat membuat resume paling bagus dari sebuah film yang dipilihnya, akan mendapatkan hadiah yang sangat menarik. sayembara diumumkan. masyarakat negri kalibata, negri tangerang, negri bandung, dan negri turki segera dikabari pada sebuah papan chat di grup bbm 🙂

abiiiiii. hehe, rasanya mau teriak begitu setelah saya menonton film yang dimaksud. yap yap, gak sulit buat menebak bahwa pria yang mengadakan sayembara adalah ayah sendiri. dengan begitu semangat mengkampanyekan film itu untuk ditonton anak-anak, mantu-mantu, dan ipar-iparnya. saya awalnya heran. sudah lamaaa sekali sejak abi me”wajib”kan kami untuk menonton sebuah film. sudah 15 tahun berselang sejak abi membawa pulang cd The Sound of Music dan Benhur dari disc tarra lalu mengajak kami menonton bersama. why now? why this movie?

awal menonton film itu keheranan saya belum memudar. indian movie, like seriously? tapi tetap saya tonton, berharap filmnya bagus campur kocak macam 3 idiots. judulnya baghban. di pertengahan film, ketika konflik mulai muncul, saya baru paham, mengerti alasan abi memilih film ini, termasuk mulai bisa menebak ending filmya, hehe. baghban artinya tukang kebun. film ini bercerita tentang orang tua yang membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. mencurahkan jiwa, raga, dan hartanya untuk kepentingan empat orang anaknya. hingga pada suatu hari, sang ayah yang diperankan oleh aktor legendaris amitabh bhacan harus pensiun dari pekerjaanya. ia dan istrinya memutuskan untuk tinggal bersama anak-anaknya. harap-harap cemas. itu yang mereka rasakan saat membiarkan anak-anaknya berdiskusi menentukan orang tua mereka akan tinggal dengan siapa. ternyata yang terjadi sungguh di luar ekspektasi. di ruang keluarga anak-anaknya tampak keberatan jika orang tua yang sangat mengasihi mereka itu tinggal di rumah mereka. mereka bicara soal beban biaya, privasi, dan lain sebagainya. akhirnya anak-anak memutuskan demi keadilan versi mereka, ayah dan ibu mereka tinggal terpisah. padahal mereka tahu ayah dan ibu mereka saling mencintai dan sulit dipisahkan, apalagi di usia yang telah senja. konflik bermula. tentang bagaimana sang ayah maupun sang ibu diperlakukan oleh anak-anaknya. tentang bagaimana rindu ayah pada ibu dan sebaliknya. ada tokoh lain dalam film ini yang diperankan oleh salman khan. ia adalah pemeran alok, anak angkat di keluarga ini. ia diadopsi dari sebuah panti, dan saat konflik terjadi ia sedang belajar di luar negri. seperti yang sudah dapat kita semua duga, here comes the hero :).

sepanjang film diputar, saya terus berpikir. film ini biasa aja kalau dari segi sinematografi, alur yang mudah ditebak, dan lain-lainnya. film jadul pula. awalnya saya kira abi akan menawarkan film pemenang oscar, cannes, film iran, atau film indie yang waw. tapi dari segi hikmah memang besar sekali yang dapat diambil. film ini mungkin menjadi sebuah gambaran perasaan yang sedang meliputi abi. di usianya kini, tanpa umi, memikirkan akan seperti apa masa tuanya nanti. na’udzubillah semoga anak-anak abi gak seperti anak-anak di film ini. tiga belas anak, semoga kami semua bisa membahagiakan abi di masa tuanya nanti. mengasihinya selayaknya ia mengasihi kami sejak kecil. menemaninya, menjadi sumber kekuatannya sebagaimana umi dan abi selalu ada buat kami. tak akan mungkin membalas jasa mereka, tapi semoga setiap niat dan usaha untuk membuatnya bahagia bernilai pahala.

saya, suatu saat nanti, mungkin akan mengalami fase itu. seperti sekarang, ketika akhirnya saya berada dalam fase menjadi orang tua. tiap kali si sabar pergi, saya ingat umi dan abi. baru benar-benar tahu rasanya, pahit getirnya, suka dukanya. kadang sering termenung melihat hide yang dulu masih bayi sekarang sudah aktif bergerak, bertanya, dan bercerita. ada saja tingkahnya yang membuat kami tertawa dan kadang gregetan bikin gak sabaran :). lalu saya teringat, saya perlu menikmati momen ini. seorang bapak tua pernah menasihati saat melihat saya sedang bermain bersama hide. “dinikmati nak, masa-masa sekarang, waktu anak masih kecil, nanti mereka akan tumbuh besar, bakal kangen main sama mereka, tidur bareng mereka..” mungkin hal ini yang mulai dirasakan abi sekarang. kangen masa-masa saat kami masih kecil. seperti umi pada masa-masa terakhir hidupnya sayang banget sama si bungsu. kalau pulang kerja, umi akan tanya “rahma mana?” lalu umi kejar rahma ke lantai atas, diusel-usel, dicium, dipangku “alhamdulillah masih ada yang bisa dipeluk dan dipangku,” kata umi sambil nyengir.

saya akan tutup pos ini dengan puisi sosweet entah ciptaan siapa. puisinya ngena banget 🙂

“I won’t always cry, Mummy, when you leave the room,
and my supermarket tantrums, will end too soon.
I won’t always wake, Daddy, for cuddles through the night, & one day you’ll miss having a chocolate face to wipe.
You won’t always wake to find my foot is kicking you out of bed,
or find me sideways on your pillow, where you want to lay your head.
You won’t always have to carry me, in asleep from the car, or piggy back me down the road, when my little legs can’t walk that far.
So cherish every cuddle, remember them all, because one day, Mummy, I won’t be this small

by the way, saya belum buat resume beneran yang buat sayembara dan kata bang umar (happy bithday to him), amitabh bhacan tingginya 2 meter, hehe

a piece of dream

beberapa hari yang lalu, saya menerima sebuah paket. pengirimnya adalah penerbit era intermedia, solo. isinya adalah 1 eksemplar buku sebagai bukti penerbitan. bukan, bukan, bukan buku yang saya tulis, ini bukunya mba M. Muttaqwiati yang berjudul Bukan Ibu Biasa. buku bertema parenting ini bagus lho temaaan, komplit isinya buat ibu-ibu seperti saya. bisa jadi panduan dalam mendidik anak. di sini di bahas tentang menjadi ibu cerdas dan kreatif, mengoptimalkan kecerdasan anak, memilih menu, memilih sekolah buat anak, seputar kehamilan dan menyusui, dan banyak lagi. dicontohkan juga resep-resep menu sehat, lagu-lagu anak, daftar sekolah dan pesantren favorit, termasuk metode membaca yang efektif buat anak sperti metode glenn doman yang saya ingat kata abi adalah metode yang umi abi terapkan pada saya.

lalu kenapa saya dapat paket buku ini? mari kita buka bab terakhir si buku. judul babnya surat cinta untuk bunda. iya, saya diminta nulis surat cinta buat umi saya untuk dimuat di buku ini. yap, surat itu hadir dengan manis (loh kok manis? :D) di halaman 235-241. huaa saya jadi ingat waktu nulis surat itu tahun lalu. mesti berhenti beberapa kali karena nangis-nangis dulu inget umi, huhuuu… iyaaaa, saya memang cengeng :D.

dimuatnya tulisan saya di buku ini membuat saya teringat akan cita-cita masa kanak-kanak saya. ada sebuah buku yang bertanggung jawab atas cita-cita saya ini. here is the book

beberapa orang bertanya pada saya “asma, ada buku lain gak yang kamu tulis selain tragedi kartini?”

akan saya jawab dengan: beluum, saya belum nulis buku. tragedi kartini itu tulisan ayah saya. waktu itu memang ayah saya memakai nama saya sebagai nama penanya.

yap, buku tragedi kartini ini ditulis abi sekitar tahun 1989. karena buku itu pula ada orang datang ke penerbit buku buat melamar asma karimah (waktu saya masih bayi) karena menyangka tulisan itu ditulis oleh seorang perempuan. hehe laki-laki itu mungkin kaget ya kalau yang keluar ternyata bapak-bapak jenggotan kaya abi.

waktu kecil, karena ada ratusan eksemplar buku ini di rumah, praktis setelah bisa membaca, buku ini menjadi salah satu buku pertama yang saya baca. walaupun waktu itu saya belum paham-paham amat isi buku ini, tapi saya suka aja gitu, hehe..  apalagi nama saya ada di covernya kan ya :D, saya jadi hanya memiliki satu jawaban ketika orang-orang bertanya tentang cita-cita. penulis.

dulu saya memang gemar sekali menulis. waktu kelas 5 SD, saya, nida, dan beberapa teman sempat mebuat majalah2an berjudul mentari. singkatan dari mendapat tambahan dan rangkuman ilmu :D. majalah ini hanya terbit satu kali karena kami sibuk membentuk grup detektif  Black Horse :D. naik ke kelas 6, saya bersama rahimi dan naqiya membuat majalah RAN (Rahimi Asma Naqiya) yang kami sewakan pada teman-teman di kelas. majalah ini berbentuk buku tulis yang kami tulisi dengan cerpen, cerbung, juga gambar komik. RAN terbit cukup rutin kala itu (at least sempat terbit lebih dari 3 kali :D). saya juga langganan diutus mengikuti lomba mengarang pada class meeting di sekolah. saat menang lomba, hal yang tak terbayar bagi saya adalah senyum umi yang lebar terkembang saat mendengarkan saya bercerita.

ketika SMP, kegemaran menulis saya semakin menjadi, hehe. karena waktu itu saya hidup berasrama dan cukup jauh dari peradaban, saya dan teman-teman menjadikan menulis dan membaca sebagai aktivitas yang menyenangkan. saya sempat mengisi penuh  buku tulis saya dengan puisi berbagai judul, dan saya membuat novel :p. judulnya intan berlian. hehe, iya, emang sinetron banget itu, ceritanya juga kaya sinetron :D, harap maklum, amatir. novel ini bergantian dibaca teman-teman saya, dan teman saya kikin berbaik hati menjadi ilustratornya.

nah, masuk SMA, ada yang bergejolak pada pencarian jati diri saya tampaknya. halah bahasamu kar.. :D. saya jadi anti menulis. gak suka banget menulis. waktu itu saya merasa kalau menulis, puisi, dan sastra itu terlalu sentimentil, melankolis, gombal, dan lain sebagainya. jika biasanya saya senang dengan essay mengarang pada ujian bahasa indonesia, waktu sma saya menjadi stuck menghadapi soal itu. saya kubur dalam cita-cita saya untuk menjadi penulis. i used to think that dreaming to be an author is a total mistake.

tapii, ternyata saya gak bisa lama-lama mengubur mimpi itu. saat kuliah, saya diamanahi untuk memimpin departemen media pada sebuah organisasi. hal ini memaksa saya untuk memupuk kembali kecintaan saya pada dunia tulis menulis. membuat saya belajar, belajar, dan terus belajar :D. saat itu saya harus memotivasi teman-teman di departemen agar semangat menulis. sesuatu yang akan sulit sekali saya lakukan kalau saya belum ‘selesai’ dengan diri saya.

dan sekarang, di blog ini saya belajar. agar kembali terbiasa menulis. mimpi saya sekarang adalah, saya ingin menulis buku. belum terpikir buku apa, tapi saya ingin sekali at least menulis satu buku.  semoga bisaaa. one day for sure, insya Allah 🙂

P.S. : sejak saya sd, ayah saya sudah pakai namanya sendiri setiap menulis, katanya beliau ingin memberi saya ruang untuk membuat karya saya dengan nama saya:)

jafar dan burlian

ImageImage

jafar dan burlian.

yang pertama adalah nama adik saya. ja’far at thayyar lengkapnya. biasa kami panggil apang. seniman di keluarga. hobi fotografi, gambar, bola. lucu. “pelawak berdarah dingin” kata umi. lawakannya selalu sukses bikin umi (dan kami) tertawa.

yang kedua adalah nama tokoh ciptaan tere liye dari serial anak-anak mamak. anak yang spesial. mudah bergaul dan suka berpetualang.

lalu, apa benang merahnya? apa kaitan antara ja’far dan burlian? mari kita simak.

saya suka membaca karya-karya tere liye. jenius benar ia merangkai kata, membuat alur cerita. bermula dari kado PH KMMP pada milad ke 19 saya. buku moga bunda disayang Allah. buku itu sukses mengantar saya pada karya-karyanya yang lain. bidadari-bidadari surga, daun yang jatuh tak pernah membenci angin, sunset bersama rosie, dan tentu saja serial anak-anak mamak. burlian adalah judul yang pertama saya baca dari serial ini.

tahun berganti, saya sudah tidak terlalu ingat detil kisah pada novel burlian. tapi ada satu segmen, satu kisah dalam novel ini yang sampai sekarang masih membekas di hati dan pikiran saya.

adalah cerita tentang cinta mamak. judul babnya seberapa besar cinta mamak kalau tidak salah. dikisahkan cerita tentang burlian yang menagih janji mamak untuk membelikannya sepeda. burlian sudah rajin mengaji, sudah melakukan hal-hal baik demi mendapat sepeda itu. tapi saat burlian menagih janji mamak, kondisinya sedang tidak memungkinkan. uang mamak dipinjam wak lihan karena anaknya sedang sakit dan butuh biaya berobat. tapi burlian tidak mau tahu. mamak sudah janji, dan mamak pula yang mengajari bahwa janji harus ditepati. singkat cerita, burlian akhirnya mendapatkan sepeda yang diinginkannya. buncah sekali hati burlian. senang bukan kepalang. padahal burlian tidak tahu, bahwa demi membelikannya sepeda itu mamak sampai menggadai cincin pernikahannya. dan ketika hendak ditebus, cincin itu terselip entah dimana.

mengharukan. membaca kisah itu membuat dada  saya sesak saking terharunya. benar-benar ya pengorbanan seorang mamak, seorang ibu.

beberapa bulan kemudian, saya harus menghadapi momen paling melukai hati. kepergian umi, orang nomor satu dalam hidup saya. kala itu, setelah masing-masing dari kami berhasil pulih dari keterkejutan, kami sering berkumpul. saya dan adik-adik.  abi, bang umar, ayyasy masih di rumah sakit. bang izza masih di sarajevo.

kami bercerita tentang momen terakhir masing-masing bersama umi. mengenang momen paling mengesankan bersamanya. saat jafar angkat suara, saya seperti mengalami deja vu.

begini kira-kira cerita jafar:

…aku inget banget, gak bakal aku lupain tentang umi. waktu aku kecil, aku pernah minta dibeliin sepeda sama umi. umi janji mau beliin. waktu itu siang-siang aku nagih janji umi. umi lagi siap-siap mau pergi. aku merengek, nangis minta sepeda. umi bilang insya Allah. aku bilang gak mau, gak mau insya Allah. maunya iya, harus dibeliin. umi tetap bilang insya Allah. umi masih ngumpulin uang. aku tetep nangis, gak mau insya Allah maunya iya, pokoknya iya. umi waktu itu duduk, nungguin aku dengan sabar. sampai aku ketiduran. padahal umi udah telat banget ke acaranya. waktu sore aku bangun, umi baru pulang. aku nanya lagi ke umi. umi, mana sepedanya. umi cuma senyum simpul sambil masuk ke dalam. waktu aku lihat ke teras, ternyata udah ada sepeda baru untuk aku. aku kaget sekaligus seneng waktu itu. sampai sekarang, setiap aku inget momen itu aku jadi ngerasa sayang banget sama umi. bener-bener gak bisa aku lupain walaupun waktu itu aku masih kecil banget…

cerita jafar berakhir dengan genangan air mata di pelupuk mata saya. tiba-tiba saya menjadi seribu kali lebih sayang, seribu kali lebih kangen sama umi. apalagi  belum genap 24 jam umi dikebumikan. rasanya ingin percaya kalau kepergiannya hanya mimpi. entah pengorbanan macam apa yang umi lakukan untuk menghadirkan sepeda itu buat putranya. mungkin bukan dengan menggadai cincin pernikahan. kami tak tahu pasti. yang kami tahu telah begitu banyak pengorbanan yang dilakukannya  untuk kami. pengorbanan tulus seorang umi, seorang ibu.

sekarang, apa sudah kau temukan benang merahnya?

biar saya bantu.

jafar dan burlian.

mereka punya satu persamaan. ya, mereka anak-anak beruntung. karena apa? karena ibunda mereka sungguh sungguh luar biasa.