a piece of dream

beberapa hari yang lalu, saya menerima sebuah paket. pengirimnya adalah penerbit era intermedia, solo. isinya adalah 1 eksemplar buku sebagai bukti penerbitan. bukan, bukan, bukan buku yang saya tulis, ini bukunya mba M. Muttaqwiati yang berjudul Bukan Ibu Biasa. buku bertema parenting ini bagus lho temaaan, komplit isinya buat ibu-ibu seperti saya. bisa jadi panduan dalam mendidik anak. di sini di bahas tentang menjadi ibu cerdas dan kreatif, mengoptimalkan kecerdasan anak, memilih menu, memilih sekolah buat anak, seputar kehamilan dan menyusui, dan banyak lagi. dicontohkan juga resep-resep menu sehat, lagu-lagu anak, daftar sekolah dan pesantren favorit, termasuk metode membaca yang efektif buat anak sperti metode glenn doman yang saya ingat kata abi adalah metode yang umi abi terapkan pada saya.

lalu kenapa saya dapat paket buku ini? mari kita buka bab terakhir si buku. judul babnya surat cinta untuk bunda. iya, saya diminta nulis surat cinta buat umi saya untuk dimuat di buku ini. yap, surat itu hadir dengan manis (loh kok manis? :D) di halaman 235-241. huaa saya jadi ingat waktu nulis surat itu tahun lalu. mesti berhenti beberapa kali karena nangis-nangis dulu inget umi, huhuuu… iyaaaa, saya memang cengeng :D.

dimuatnya tulisan saya di buku ini membuat saya teringat akan cita-cita masa kanak-kanak saya. ada sebuah buku yang bertanggung jawab atas cita-cita saya ini. here is the book

beberapa orang bertanya pada saya “asma, ada buku lain gak yang kamu tulis selain tragedi kartini?”

akan saya jawab dengan: beluum, saya belum nulis buku. tragedi kartini itu tulisan ayah saya. waktu itu memang ayah saya memakai nama saya sebagai nama penanya.

yap, buku tragedi kartini ini ditulis abi sekitar tahun 1989. karena buku itu pula ada orang datang ke penerbit buku buat melamar asma karimah (waktu saya masih bayi) karena menyangka tulisan itu ditulis oleh seorang perempuan. hehe laki-laki itu mungkin kaget ya kalau yang keluar ternyata bapak-bapak jenggotan kaya abi.

waktu kecil, karena ada ratusan eksemplar buku ini di rumah, praktis setelah bisa membaca, buku ini menjadi salah satu buku pertama yang saya baca. walaupun waktu itu saya belum paham-paham amat isi buku ini, tapi saya suka aja gitu, hehe..  apalagi nama saya ada di covernya kan ya :D, saya jadi hanya memiliki satu jawaban ketika orang-orang bertanya tentang cita-cita. penulis.

dulu saya memang gemar sekali menulis. waktu kelas 5 SD, saya, nida, dan beberapa teman sempat mebuat majalah2an berjudul mentari. singkatan dari mendapat tambahan dan rangkuman ilmu :D. majalah ini hanya terbit satu kali karena kami sibuk membentuk grup detektif  Black Horse :D. naik ke kelas 6, saya bersama rahimi dan naqiya membuat majalah RAN (Rahimi Asma Naqiya) yang kami sewakan pada teman-teman di kelas. majalah ini berbentuk buku tulis yang kami tulisi dengan cerpen, cerbung, juga gambar komik. RAN terbit cukup rutin kala itu (at least sempat terbit lebih dari 3 kali :D). saya juga langganan diutus mengikuti lomba mengarang pada class meeting di sekolah. saat menang lomba, hal yang tak terbayar bagi saya adalah senyum umi yang lebar terkembang saat mendengarkan saya bercerita.

ketika SMP, kegemaran menulis saya semakin menjadi, hehe. karena waktu itu saya hidup berasrama dan cukup jauh dari peradaban, saya dan teman-teman menjadikan menulis dan membaca sebagai aktivitas yang menyenangkan. saya sempat mengisi penuh  buku tulis saya dengan puisi berbagai judul, dan saya membuat novel :p. judulnya intan berlian. hehe, iya, emang sinetron banget itu, ceritanya juga kaya sinetron :D, harap maklum, amatir. novel ini bergantian dibaca teman-teman saya, dan teman saya kikin berbaik hati menjadi ilustratornya.

nah, masuk SMA, ada yang bergejolak pada pencarian jati diri saya tampaknya. halah bahasamu kar.. :D. saya jadi anti menulis. gak suka banget menulis. waktu itu saya merasa kalau menulis, puisi, dan sastra itu terlalu sentimentil, melankolis, gombal, dan lain sebagainya. jika biasanya saya senang dengan essay mengarang pada ujian bahasa indonesia, waktu sma saya menjadi stuck menghadapi soal itu. saya kubur dalam cita-cita saya untuk menjadi penulis. i used to think that dreaming to be an author is a total mistake.

tapii, ternyata saya gak bisa lama-lama mengubur mimpi itu. saat kuliah, saya diamanahi untuk memimpin departemen media pada sebuah organisasi. hal ini memaksa saya untuk memupuk kembali kecintaan saya pada dunia tulis menulis. membuat saya belajar, belajar, dan terus belajar :D. saat itu saya harus memotivasi teman-teman di departemen agar semangat menulis. sesuatu yang akan sulit sekali saya lakukan kalau saya belum ‘selesai’ dengan diri saya.

dan sekarang, di blog ini saya belajar. agar kembali terbiasa menulis. mimpi saya sekarang adalah, saya ingin menulis buku. belum terpikir buku apa, tapi saya ingin sekali at least menulis satu buku.  semoga bisaaa. one day for sure, insya Allah 🙂

P.S. : sejak saya sd, ayah saya sudah pakai namanya sendiri setiap menulis, katanya beliau ingin memberi saya ruang untuk membuat karya saya dengan nama saya:)

smallpox

Image

model di foto ini bukan hide dan ayah loh ya..:D

smallpox? chicken pox? apakah itu? dia adalah sesuatu yang diderita hide seminggu kemarin. yap, cacar air.

gejala awalnya adalah: demam, hide demam tinggi. saya coba balur bawang merah plus minyak telon, alhamdulillah besoknya suhu tubuh hide kembali normal, jadi pagi itu hide tetap berangkat ke PAUD.

malam selanjutnya, hide demam lagi.. dan mulai ada bintik-bintik mencurigakan. hm, kira2 bintik2 apa ya? ketika paginya hendak memandikan hide, tampak bintik2 itu makin banyak, terutama di sekitar lutut, paha, dan siku. saya langsung curiga kalau itu cacar.

tapi saya belum yakin-yakin amat, ya karena saya belum pengalaman kan ya. saya langsung melakukan sesuatu yang agak ribet. hehe. berhubung bb saya masih rusak dan hp gak mendukung buat kirim2 foto instan, jadi langkah yang saya ambil adalah. pake hp suami-kirim foto bintik2 hide via whatsApp ke salma-telpon salma. salma lagi GR buat graduation waktu itu.

saya : mah, di kontak bb kamu ada yang dokter gak? doter helda tetangga kita ada di kontak kamu gak?

salma: gak ada kak..

saya: *berpikir “eh yundri, yundri temenku ada di kontak bb kamu kan waktu itu.. nah kamu tolong ya kirimin foto hide ke yundri tolong tanyan itu cacar bukan? nanti jawabannya kasih tau aku, oke?

salma: oke ka..

hehe ribet yah, selanjutnya masih tetep ribet karena fotonya sempat gak kebaca lah, kadang saya juga telat baca pesan yundri via salma, hehe

jadinya saya sambil tanya2 temen saya yang farmasi:  obat dan pantangan cacar apa? si ayah juga sambil googling, tambah-tambah info..

hasilnya? sebelum dapat konfirmasi terakhir dari salma, kami menyimpulkan: itu memang cacar. gak berapa lama yundri via salma juga bilang: kemungkinan besar itu memang cacar. klop. thanks to yundri dan salma 🙂

atas saran mba harumi, teman farmasi saya itu, ayah melesat ke apotik untuk membeli dua obat:

1. salep acyclovir

2. PK

harga total: 7.500 rupiah

yang pertama mesti diusapkan ke cacar-cacar hide sampai kering

yang kedua, PK itu seperti serbuk, dicampur ke air untuk mandi hide, nanti airnya berubah jadi keunguan gitu. saya kira kalau cacar gak boleh mandi, ternyata malah harus mandi, karena cacar-cacarnya itu sumber virus dan kuman, harus dibersihkan. nah, serbuk PK nya ini sebagai pensteril juga kali ya..

menurut petunjuk penggunaan, mestinya acyclovir itu dipakaikan setiap 3 jam sekali, tapitapitapi, hide heboh setiap dioleskan salep ini.. dia lari-lari atau mau pegang salep sendiri dan malah dia oleskan ke saya hehe. jadi dengan segala upaya kami memakaikannya sehari 4 kali yaitu setiap habis mandi dan pada waktu hide tidur siang dan tidur malam. nah kalau hide lagi tidur ini saya bebas merdeka mengoleskannya, jadi lebih lega 🙂

kalau yang PK, kami menyebutnya air ungu. bagaimana respon hide? dia malah seneng banget mandi pakai air itu. ayah menyiapkan ember besar khusus buat hide, jadi kalau hide habis pipis atau pup, cuci tangan, dan mandi, pakai air ungu itu. setiap kami bilang “ayo ke kamar mandi, nanti pakai air ungu” hide langsung melesat semangat ke kamar mandi. malah kadang dia pura-pura kebelet biar bisa kena air ungu, hehe

alhamdulillah, sekarang hide sudah sembuh, cacarnya sudah kering dari beberapa hari lalu. kata mba harumi, untuk mempercepat penghilangan bekas cacar bisa pakai bedak dingin. adalah bedak yang biasa dipakai untuk pijat bayi, butirannya besar-besar seperti kemiri. biasanya di supermarket ada di rak-rak masker dan lulur. nah, kami sudah cari bedak dingin belum nemu juga, sehingga untuk pemulihan hide seperti saran teman yang lain saya masih oleskan acyclovir meski tidak sesering saat cacarnya belum kering.

demikian pengalaman kami merawat ananda yang sedang sakit cacar. semoga ke depan hide sehat sehat. kami ortunya hide juga. oh ya, kamu juga. take care of your health ya 🙂