After Tasmi Date

Jadi semacam kebiasaan tiap anak-anak habis parade tasmi. Pulangnya jalan bareng. Dulu sering sama kakak juga, sepaket sama Hiro. Berhubung kakak sudah SMP, Hiro sudah SD dan pulang jelang sore, kemarin edisi berdua abang.

Abang dan teman-temannya tasmi surah At Thalaq ayat 14-18. Abang pegang mic, hamdalah jadi mayan jelas dengar dan lihat abang.

Pulangnya saya tanya mau ke Peseq apa Margo, abang pilih Margo. Cuaca panas banget, kami rikues ke pramusaji agar air mineral keluar duluan. Hamdalah dibawain pakai es batu jadi segar banget.

Biasanya setelah makan masih lihat2, tapi kami sama2 lelah mau istirahat, jadi memilih langsung pulang. Matahari Depok masih terik aja, abang tidur di perjalanan pulang.

Ala kullihal alhamdulillah.

Dear Kakak

Semakin kakak besar, semakin banyak kecemasan saya sebagai orang tua. Kadang bisa bawel banget kalau dia akan pergi main ke rumah temannya, ingatkan tentang adab dan kawan-kawan.

Derasnya arus informasi bikin saya merasa banyak sekali hal-hal yang harus diingatkan ke anak-anak. Jangan begitu jangan begini. Ingat untuk begitu ingat untuk begini. Tidak ingin sesuatu yang anak-anak lakukan merugikan, melukai, membuat tidak nyaman orang lain. Mungkin salah satu efek samping jadi orang tua adalah: makin banyak bahan overthinking ya. Sekarang doa yang rutin saya rapal untuk anak2 salah satunya adalah: Ya Allah jauhkanlah anak-anak hamba dari bahaya dan membahayakan orang lain. Tambahannya: Dekatkan anak-anak dengan kebahagiaan dan membahagiakan orang lain.

Kakak yang beranjak remaja tentu ada gejolak emosi yang lebih dari waktu dia bocah. Kadang saya merasa kakak kok begini kok begitu. Hal2 yang mungkin masih dalam tahap pembiasaan dan pendewasaan. Hal-hal yang karenanya membuat saya khawatir tentang bagaimana kakak membawa dirinya di luar.

Ahad lalu, pulang dari aeroshow TNI AU, kami naik angkot Transhalim menuju tempat ayah parkir mobil. Karena banyaknya volume kendaraan di Halim, angkot yang kami naiki stuck. Padatnya super merayap. Ketika itu kami sudah sekitar 20 menit di satu titik. Seorang balita yang dipangku ayahnya muntah sedikit dan terkena kaki kakak. Saya awalnya tidak menyadari karena duduk cukup jauh dari kakak. Baru sadar ketika bapak anak itu meminta maaf ke kakak sambil mengelap muntah yang terkena kaki kakak dengan baju anaknya.

Saya tahu kakak tipe yang cukup higienis untuk tubuhnya. Tipe yang kalau buang sampah harus pakai sarung tangan, jadi saat itu kakak pasti merasa nggak nyaman. Yang bikin terharu adalah kakak dengan senyum bilang ke bapak itu “Gak papa gak papa.”

Sekitar 10 menit setelah kejadian itu angkot masih di titik yang sama. Ayah akhirnya memutuskan untuk kami jalan kaki ke masjid terdekat, transit sambil menunggu zuhur di sana. Sampai masjid kakak segera mencari keran, mencuci sandal dan kakinya berulang dengan tenang. Lanjut bersihkan di area wudu yang tersedia sabun.

Pulang dari Halim, untuk menghibur Hiro yang mulai goyah puasanya, ayah ajak kami menonton Super Mario di Kokas. Saat itu ada seseorang menjatuhkan barang dari sakunya lalu berjalan cepat. Kakak yang melihatnya segera mengambil barang itu dan mengejar pemilik untuk memberikan barang yang terjatuh. Saya yang memperhatikan dari belakang dalam hati mengucap hamdalah. Hal remeh mungkin, tapi kita bisa memilih gak peduli dan jalan lurus saja. Hamdalah kakak memilih hal lain.

Dua hal ini sukses bikin hati saya hangat.

Dear Kakak, Bunda tulis ini di sini sebagai bentuk apresiasi ke kakak yang berusaha untuk melakukan kebaikan-kebaikan kecil. Di masa depan bunda bisa lupa akan kejadian ini, kalau kakak mampir ke blog bunda, kakak bisa tau ya. Bahwa suatu hari kakak pernah bikin bunda merasakan happy macam ini. Semoga Allah rida senantiasa.

Love you, Kak!

Ivory

“Cie ngedate,” kata Hide saat saya pamit berangkat bada magrib tadi.

Ceritanya malam ini saya dan suami dinner bareng dekat rumah, dalam rangka anniversary. Sebuah betuk syukur, makan sambil berbincang. Mendengarkan dan didengarkan.

“14 tahun itu pernikahan apa deh? Kan ada emas, perak, kalau 14 apa?” Suami bertanya di tengah perbincangan.

“Eh, emang ada istilahnya? Aku cuma tau silver sama gold”

“Ada, jadi kayak tiap tahun gitu. Coba cek deh.”

Setelah kami cek, baru tau saya. Ada istilahnya dari tahun pertama sampai 100. Istilah untuk tahun pertama sampai ke lima berurutan adalah paper, cotton, leather, flower, dan wood. Tahun ke-10 tin, 25 silver, 50 gold, dan bone untuk wedding anniversary ke-100.

Lalu, apa istilah untuk 14 tahun pernikahan?

Ivory.

Tentu hanya istilah. Yang terpenting adalah banyak berdoa dan berusaha dalam menjalani bahtera ini. Semoga Allah terus berkahi, terus ridha pada kami.

#30haribercerita
#30hbc23barutau

Sebenarnya mau ikutan tema “baru tau” di 30 hari bercerita. Tapi kemudian merasa lebih nyaman nulis di sini 🥹

Dear Ayah, from Hiro

CGV

Bermula dari rikues Hiro pada ayah untuk menonton akhir pekan, agenda nobar terlaksana juga. Gigih juga Hiro, rikuesnya ditulis dan ditempel di dinding dekat kamar hehe.

Setelah acara family to family kelas kakak dan beli keperluan camping, kami ke CGV. Berhubung pekan sebelumnya ketika ayah short course, saya dan kakak sudah menonton Miracle in Cells no. 7, kali ini kami pisah studio.

Ayah, Taka, Hiro, nonton Bapak Dodo, saya dan Kakak Hide nonton Piko dan kawan-kawan. Pekan sebelumnya saya sama kakak sama-sama nangis nonton MiCN7. Kalau Mencuri Raden Saleh, ga pake nangis, tapi terkesan. Kata kakak lebih suka film macam itu.

Saya dan kakak selesai duluan, kami menunggu sambil makan bakmi. Sekitar 30 menit kemudian ayah, Taka, Hiro datang. Kata Hiro, Hiro nangis karena sedih. Sempat minta keluar studio ke ayah pas adegan sedih itu, tapi gak jadi, hehe.

Setelahnya ayah dan anak-anak ke toko buku. Saya yang kelelahan menunggu di panggung yang biasa buat event di mall. Anak-anak beli novel, Atlas Makanan, dan buku sains pilihan masing-masing. Kakak beli notebook, buat dia nulis haiku. Lagi senang nulis itu dia.

Feench Vanilla Coffee Latte

Sambil menunggu minum kopi French Vanillanya Dunkin dan enaaak ternyata.

Ala kullihal, alhamdulillah.