Tentang Taka

Ada cinta baru hadir dalam hidup saya. Cinta yang melengkapi, bukan mengganti. Taka.

Ehehe, siang-siang  gini bicara cinta, yakin kar?

Yakin ah. Memang itu yang saya rasakan setelah akhirnya bisa memeluk taka, mengamatinya dengan takjub saat Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Such a big relief, setelah berjuang merasakan mules alias kontraksi sekitar 40 jam :D.

Dimulai dengan sebuah mimpi pada 3 Oktober. Iya, saya mimpi lagi mules-mules mau lahiran. Ketika bangun (jam 2 dinihari), ternyata memang mules beneran. Saya tahan-tahan, bangun, tidur lagi, jalan-jalan di kamar, ketika mulesnya makin sering dan makin sakit, baru deh saya bangunin suami. “kayanya udah tambah sering nih ay, siap-siap yuk..” saya kembali berkutat dengan kontraksi yang tiba dan pergi, suami siap-siapin tas siaga, lalu kami menunggu shubuh. Shubuh datang, suami bilang ke teteh (kaka ipar saya), teteh manggil bidan tria, bidan yang sekaligus jadi perawat santri di Ummu Habibah. Ternyata? Belum ada bukaan.

Pagi itu saya banyakin jalan, ke alam raya sama suami, sekalian beli nasi uduk. kadang mulesnya menginterupsi dengan heboh, lalu hilang. Jam 8 diperiksa lagi. Belum juga bukaan.

Hari itu, saya tetap di rumah, walaupun udah gak bisa beraktivitas normal. Mondar mandir kamar dengan harapan segera bukaan dan bisa segera bersalin dan gak lama-lama mulesnya. Tapi waktu siangnya kembali diperiksa. Hiks. Belum bukaan juga.

Sore hari, ditemani hide dan suami kembali jalan-jalan di alam raya. Hide cerah ceria. Sedang muka saya nano-nano karena kontraksi hehe. Maghrib diperiksa bidan tria lagi. And? Bukaan 1. Alhamdulillah akhirnya bukaan juga, huhuu. Walaupun sempat aga heran juga mengingat saat mau melahirkan hide, begitu berasa mules intens, ke RS, gak lama sudah bukaan 5. Kali ini prosesnya berbeda ternyata sodara.

Sepanjang malam tangan suami saya remes dan pelintir (am sori mamen) karena kontraksi masih terus datang. Bidan tria datang 4 jam sekali, namun bukaannya sangat selow pemirsa, saat shubuh kembali datang, here it is. Bukaan 3.  Waktunya ke klinik bersalin alias bidan ghomi, tempat yang saya rencanakan menjadi tempat bersalin saya. Hide masih terlelap, kami titipkan ke teteh di rumah.

Saya dipersilakan menunggu di kamar rawat inap, untuk rutin diperiksa 4 jam sekali. Yap, perjuangan belum berakhir :D. bye bye ngobrol cantik, bye bye tampang cantik, saya fokus bin fokus karena durasi kontraksinya sudah semakin lamaa dan sakitnya semakin wow wow. Suami mendampingi saya, bidan tria juga. Tangan mereka gentian saya pegangin tiap waktunya tiba. jam 9 diperiksa. Bukaan 4. Oke, proses ini sungguh istimewa ya nak.. bukaannya naik dikit-dikit.. Kalimat-kalimat positif terus suami suntikin, doa, dzikir, laa haula walaa quwwata illaa billah.

Siang. Sekujur tubuh sudah berkeringat, kontraksi bukan hanya terasa di perut tapi juga di pinggang, sekali kontraksi lamaa durasinya. Waktu itu juga lagi gak ada yang bisa saya pegangin tangannya, jadilah kasur yang sama remet-remet, tapi beda deh rasanya, huhu 😛 . Saat bidan datang dan periksa lagi, bukaan 5. Naik satu lagi. Saya sempet agak desperate, karena perjalanan sudah terasa panjang namun baru setengah jalan menuju bukaan lengkap. Daaan, mungkin  karena rasa sakit dan emosi yang gak menentu, air mata udah netes netes aja gitu dari mata saya. Cemen mungkin ya, saya juga gak paham. Waktu lahiran hide gak ada acara nangis-nangisan gini, hehe. Syukurlah suami segera balik dari shalat jumat, saya lebih tenang. Cuci muka, tenangin pikiran, kuatin mental lagi, tadinya mau jalan-jalan lagi agar bukaan lebih cepat, tapi ternyata sudah tidak kuasa, jadi kembali berbaring.

Ashar. Nyai aba (tantenya umi) datang. Suami caw dulu buat shalat ashar. Saya lgsg bilang ke nyai aba “nyai maap ya kalau nanti tangannya saya pegang heboh” “iya gapapa neng” bener aja pas waktunya tiba saya pelintir juga tangan nyai. Huhuu, maafkan daku, sebenarnya gatega juga mengingat nyai aba udah sangat sepuh gituu, but I felt like I have no other choice *meringis. Gak lama, suami kembali, bang umar dan teteh datang, bawa makanan buat sang suami. Bang umar dan suami makan sambil ngobrol, tangan teteh jadi “korban” saya berikutnya. Yang lucu, bang umar dan suami malah ngobrolin jokes gitu, saya -yang untuk senyum juga udah susah- malah jadi sensi, jadilah saya bilang “ay, udah gak usah ngebanyol deh,” suami langsung balik badan karena masih pengen ngetawain jokes yang mereka bahas. Pasca lahiran waktu kami bahas ini kami jadi ketawa bareng (iya, pasca lahiran saya baru bisa ketawa lepasss :D)

Mestinya, saya baru diperiksa lagi jam  5 sore. Karena tadi terakhir diperiksa jam 1 siang. Tapi karena saya merasa kontraksinya sudah lebih sering dan lama, jam 4 sore saya minta tolong teteh panggilkan bidan buat periksa lagi. Bidan datang. Bukaan 6. Nambah satu lagi. Benar-benar laa haulaa walaa quwwata illaa billah. Menjelang maghrib, karena makin gak kuku, saya minta dibawa ke ruang bersalin. Karena saya pikir di ruang bersalin akan mendapat penanganan lebih intens.

Dan yap, prosesnya gak terlalu lama di ruang bersalin sampai terjadi bukaan lengkap. Setelah bukaan lengkap, dan posisi bayi sudah benar, saya dipersilakan mengejan. Dua kali mencoba, hamdalah, tangis bayi langsung saya dengar. Alhamdulillah wa syukurillah. Saya lega mendengar suara tangisnya, karena waktu hide lahir, hide sempat kritis karena gak langsung menangis sehingga kami gak bisa menerapkan IMD. “wah pantesan lama bukaannya bu, ada lilitan tali pusarnya,” kata bidan ghomi. waktu USG terakhir, memang dokter bilang ada 1 lilitan tali pusar, namun masih dalam taraf aman. ternyata lilitan ini membuat sang bayi kesulitan saat bergerak menuju jalan lahir, jadilah prosesnya lebih panjang dan menantang.

Setelah dibersihkan, sang bayi langsung diberikan ke saya untuk IMD. Momen yang gak terlupakan, walaupun saya masih linglung dan banyak bengong mencerna yang terjadi beberapa jam belakangan. Pasca IMD, bayinya kembali dibersihkan, dipakaikan baju dan dibedong, lalu dihangatkan di box. Suami segera mengumandangkan adzan di telinganya dan mentahnik dengan kurma.

Yup, bayi itu adalah Taka. Takayoshi Adlan Azizan. Lahir di Klinik Bersalin Putri Muhadi, Tangerang pada Jumat, 4 Oktober 2013 pukul 18.58  dengan berat 3.2 kg, panjang 48 cm. Welcome to the world, sonshine!. Jadilah pribadi yang luhur, harum, adil, dan mulia seperti namamu :).

Image

september highlights

hide kembali masuk paud, cerita baru, teman-teman baru. roadtrip jogja-jakarta ditemani cd maliq biar ayah ga ngantuk (yang praktis diputar berulang kali (tapi sekarang nadanya juga lupa :D). ke depok, menemui cute baby boy, Arkan Alhambra :). milad seperempat abad (ehehe, tanggal 20) hari itu jemput ayyasy yang baru pulang berlayar dengan KRI Makassar, ikutan Sail Komodo 2013. sweet gifts from besties, hamdalah. kumpul keluarga ayah di rumah yuki di condet. pindah ke tangerang, nunggu due date. periksa ke bidan, usg dengan dokter di sana, satu lilitan tali pusar longgar.