Sebelum Pegang Sapu

23: 24, dalam daftar saya masih ada nyetrika seragam suami dan anak2, nyapu, ngepel, tapi saya malah mampir ke WordPress, hehe.

Rasanya blog ini, merupakan media paling privat saya. Mungkin karena blognya kurang interaktif, jadi kalau posting apa-apa saya seperti merasa gak ada yang baca. Kecuali waktu nulis cerita bersambung yang memang tanpa malu-malu saya masukkan ke instagram story, hehe. Memang ada statistiknya, tapi tetap gak kebayang siapa yang meluangkan waktu buat baca blog yang kurang berfaedah ini. Rata-rata di statistik yang baca darı search engine, jadi mungkin random mampir, bukan karena ingin mampir.

Suatu saat rasanya saya ingin buat blog atau web lain yang gak terlalu privat isinya, yang ada tema tertentu dan lebih bermanfaat. Jadi kalau ada yang mau tau tema tertentu itu bisa jadi alternatif, bisa jadi tujuan, bisa sengaja mampir. Uhuy. Semoga terlaksana ya Karrr, jangan ingin-ingin tapi gak berusaha diwujudkan dong Kaaar #selftoyor.

Harapan saya WordPress panjang umur. Gak pamit buru2 seperti multiply atau Path. Jadi ga perlu repot2 pindahin postingan di sini yang lumayan dibaca-baca kalau ingin nostalgia.

Oya, beberapa hari lalu baru kelar baca Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata. Pada beberapa bagian saya senyum kelewat lebar. Suka sama moral ceritanya yang menurut saya salah satunya adalah: Gemar Membatja adalah Koentji, hehe. Tadi suami juga baru kelar, Hide juga lagi mulai baca. Baru di bab-bab awal udah ketawa-tawa dia.

Buku selanjutnya yang ingin saya rampungkan adalah Bekisar Merahnya Ahmad Tohari. Sempat terbengkalai ketika Orang-Orang Biasa masuk rak buku.

Baiklah, segini dulu, udah ditunggu sama sapu.

Sebentuk Hening

Hari itu ada burung seagull yang terbang sendiri. Saat kini ada cerita yang baru saya ketahui, tentang seorang yang saya sayangi, saya merasa gambar ini pas sekali. Mungkin saya rajin mendramatisir situasi, tapi gambar ini terasa begitu kuat kaitannya dengan dia.

Saya tau ada macam-macam bentuk patah hati, dan hari ini rasanya bukan patah lagi, bukan retak lagi, hancur sudah, basah sudah.

Ternyata bukan bahagia saja yang menular, kesedihan juga bisa. Menjalar, menampar-nampar. Sekarang sedang mencari cara agar sedihnya gak lama-lama. Agar yang hancur dapat dikumpulkan serpihnya.

Sebab kalau dia ingin kuat, kita harus lebih kuat kan? Saat dia bangkit kita harus sudah berdiri tegak kan?

Rabbana, jangan Kau lemahkan. Tetapkan kami untuk selalu berpaling padaMu yang Maha Kuat dan Maha Berkuasa.