Little Hiro

Suatu malam, dalam rangka memperbanyak jalan dan memenuhi keinginan makan Blueberry Cheese Pancake-nya Nanny’s Pavillion, saya ajak Salma dan Abdullah jalan. Saat sedang makan, yak.. mulai berasa tuh kontraksi-kontraksi semu, tapi sebentar.. kok sering ya.. dan lumayan lama durasinya ya.. saya langsung bilang ke adik-adik tentang skenario ke RS setelah kita makan. Mereka oke. Jadilah kelar makan kita jalan-jalan sebentar seiring pertokoan di mall tutup satu per satu. Lalu saya duduk sebentar, Salma kontak Kabarn di rumah buat tanya sebaiknya kami pulang dulu apa ke RS. Mengingat kontraksi yang sudah mulai rutin, kurang dari 10 menit sekali, Kabarn bilang langsung ke RS aja. Berangkatlah kami ke RS setelah sekian lama menunggu kedatangan taksi online yang kami pesan.

Sampai di RS, langsung ke ruang bersalin, diperiksa, katanya bukaan 1 tapi masih jauh posisinya. Tapi saya masih terus merasakan kontraksi. Gak lama Kabarn datang, urus registrasi, diminta urus kamar perawatan juga. Lalu suster periksa lagi. Masih selow, masih bukaan 1. Suster konsul ke dokter, saya diminta tinggal di RS untuk observasi lebih lanjut. Pindahlah kami ke ruang observasi. Saya ditemani Kabarn, Salma dan Abdullah pulang, menemani Hidetaka di rumah.

Sepanjang malam, kontraksi datang dan pergi, saya susah tidur, sampai pukul 5 pagi baru bisa tidur. Pukul tujuh bangun, menunggu. Kok? Kok gak rutin lagi kontraksinya, malah cukup jauh jaraknya. Bingung dong saya, terkhir suster periksa masih bukaan 2. Seharian saya di ruang observasi menunggu kontraksi rutin yang tak kunjung datang. Ya sudah, jelang maghrib kami minta pulang ke suster. Karena saya pikir HPL masih sekitar 13 hari juga, mungkin memang belum waktunya. Suster telpon dokter, diizinkan pulang. Fiuh.

Di rumah saya jadi harap-harap cemas gimanaa gitu. Ya soalnya kan sudah bukaan 2, kontraksi tiba-tiba menghilang, tapi flek masih terus ada. Bingung kan. Tapi demi mencegah ke RS lalu pulang lagi, saya camkan ke diri saya baru mau ke RS lagi ketika fleknya sudah super lebay atau mulesnya semakin tidak tertahankan.

Lalu datanglah shubuh itu.

Selang sembilan hari pasca pulang dari RS, disela kantuk saya merasakan kontraksi. Makin sering, makin lama. Dilalah Cing Jiah yang mau menemani saya lahiran baru balik ke Tanjung Pinang setelah tiga hari sebelumnya di Depok. Salma yang saya rikues menemani di masa-masa lahiran sedang menginap di rumah temannya, Ayyasy dan Adil juga sedang sibuk masa orientasi di Kampus. Waktu itu Kabarn belum berangkat kerja. Karena gejala kontraksi saya makin heboh, Kabarn hamdalah bisa izin gak masuk kantor. Tapi kami masih memikirkan bagaimana dengan Hide dan Taka jika kami berangkat ke RS. Lama diskusi, akhirnya saya coba kontak teteh, kakak iparku sayang, di Tangerang. Teteh langsung respon bisa, insya Allah segera meluncur buat jaga anak-anak. Oh teteh, ailopyupul banget deh. Sekitar pukul 10 teteh tiba di Depok, saya dan suami pamit ke RS.

Tiba di RS, saya sempat kaget saat perawat bilang masih bukaan 1. Lha kok malah turun pembukaannya. Ini udah sesakit dan sesering ini lho, huhu rasanya mau demo. Mata saya langsung berair karena bingung. Ketika ada suster lain yang datang, saya tanya ”Memangnya bisa nutup lagi ya Sus, waktu itu saya ke sini sudah bukaan 2, tadi katanya masih bukaan 1.” Saya diperiksa lagi. Ternyata bukaan tiga, dan sudah tidak boleh pulang. Bismillah.

Sekitar pukul 13 saya pindah ke ruang observasi. Dengan kondisi kontraksi rutin, berjalan untuk pindah ruangan yang hanya berjarak  5m jadi terasa panjang. Gak kuku euy. Di ruang observasi ini mulai berasa kontraksi yang lebih panjang lagi lebih sakit lagi. Saya sebut dengan kontraksi melingkar. Karena berasa sampai pinggang dan punggung. Saya fokus melintir tangan suami sambil terus menenangkan pikiran dan menerima rasa sakit. Di fase ini saya merasa cukup tenang. Sampai tiba-tiba di perut berasa deg deg, ada dua gerakan hebat seperti ada yang bergeser, dan cessss air keluar. WOW. Ini sakitnya naik level lagi. Saya langsung minta tolong suami panggilkan suster. Yap, suster datang, ketuban sudah pecah, bukaan tujuh. Saya merasa lega karena bukaan sudah bertambah sekaligus sudah tidak bisa tenang karena sungguh wow wow kontraksinya. Suster-suster hilir mudik ke ruangan menyiapkan persalinan. Dokter Mutia dikabarkan tidak bisa datang, akan digantikan Dokter Marly, saya sempat mikir o ow dokter laki? Tapi saya sudah pada fase iya iya aja, apa aja, gimana aja deh Sus.

Setelah bukaan lengkap, dokter Marly (yang ternyata perempuan) datang membantu persalinan. Hamdalah prosesnya tidak lama. Beberapa menit kemudian saya bisa mendengar tangis kecil di ruangan itu. Setelah dibersihkan sebentar bayi mungil diletakkan di badan saya untuk IMD. Saya takjub. Lalu yang terjadi setelahnya adalah ketakjuban-ketakjuban lain akan kehadiran titipanNya kepada kami. Hamdalah.

Ahlan wa sahlan, Little Hiro. Syukur kami atas hadirmu pada Selasa 2 Agustus 2016 pukul 16. 05 dengan berat 3296 gram dan panjang 50 cm di RS Hermina Depok. Semoga Hiro tumbuh sebagai insan berakal cemerlang, berpandangan luas, dan dapat menjadi pelita dalam kegelapan. Seperti yang kami untai sebagai doa dalam namamu, Hiroyoshi Aydan Aqilan.

IMG_20160820_144801