jafar dan burlian

ImageImage

jafar dan burlian.

yang pertama adalah nama adik saya. ja’far at thayyar lengkapnya. biasa kami panggil apang. seniman di keluarga. hobi fotografi, gambar, bola. lucu. “pelawak berdarah dingin” kata umi. lawakannya selalu sukses bikin umi (dan kami) tertawa.

yang kedua adalah nama tokoh ciptaan tere liye dari serial anak-anak mamak. anak yang spesial. mudah bergaul dan suka berpetualang.

lalu, apa benang merahnya? apa kaitan antara ja’far dan burlian? mari kita simak.

saya suka membaca karya-karya tere liye. jenius benar ia merangkai kata, membuat alur cerita. bermula dari kado PH KMMP pada milad ke 19 saya. buku moga bunda disayang Allah. buku itu sukses mengantar saya pada karya-karyanya yang lain. bidadari-bidadari surga, daun yang jatuh tak pernah membenci angin, sunset bersama rosie, dan tentu saja serial anak-anak mamak. burlian adalah judul yang pertama saya baca dari serial ini.

tahun berganti, saya sudah tidak terlalu ingat detil kisah pada novel burlian. tapi ada satu segmen, satu kisah dalam novel ini yang sampai sekarang masih membekas di hati dan pikiran saya.

adalah cerita tentang cinta mamak. judul babnya seberapa besar cinta mamak kalau tidak salah. dikisahkan cerita tentang burlian yang menagih janji mamak untuk membelikannya sepeda. burlian sudah rajin mengaji, sudah melakukan hal-hal baik demi mendapat sepeda itu. tapi saat burlian menagih janji mamak, kondisinya sedang tidak memungkinkan. uang mamak dipinjam wak lihan karena anaknya sedang sakit dan butuh biaya berobat. tapi burlian tidak mau tahu. mamak sudah janji, dan mamak pula yang mengajari bahwa janji harus ditepati. singkat cerita, burlian akhirnya mendapatkan sepeda yang diinginkannya. buncah sekali hati burlian. senang bukan kepalang. padahal burlian tidak tahu, bahwa demi membelikannya sepeda itu mamak sampai menggadai cincin pernikahannya. dan ketika hendak ditebus, cincin itu terselip entah dimana.

mengharukan. membaca kisah itu membuat dada  saya sesak saking terharunya. benar-benar ya pengorbanan seorang mamak, seorang ibu.

beberapa bulan kemudian, saya harus menghadapi momen paling melukai hati. kepergian umi, orang nomor satu dalam hidup saya. kala itu, setelah masing-masing dari kami berhasil pulih dari keterkejutan, kami sering berkumpul. saya dan adik-adik.  abi, bang umar, ayyasy masih di rumah sakit. bang izza masih di sarajevo.

kami bercerita tentang momen terakhir masing-masing bersama umi. mengenang momen paling mengesankan bersamanya. saat jafar angkat suara, saya seperti mengalami deja vu.

begini kira-kira cerita jafar:

…aku inget banget, gak bakal aku lupain tentang umi. waktu aku kecil, aku pernah minta dibeliin sepeda sama umi. umi janji mau beliin. waktu itu siang-siang aku nagih janji umi. umi lagi siap-siap mau pergi. aku merengek, nangis minta sepeda. umi bilang insya Allah. aku bilang gak mau, gak mau insya Allah. maunya iya, harus dibeliin. umi tetap bilang insya Allah. umi masih ngumpulin uang. aku tetep nangis, gak mau insya Allah maunya iya, pokoknya iya. umi waktu itu duduk, nungguin aku dengan sabar. sampai aku ketiduran. padahal umi udah telat banget ke acaranya. waktu sore aku bangun, umi baru pulang. aku nanya lagi ke umi. umi, mana sepedanya. umi cuma senyum simpul sambil masuk ke dalam. waktu aku lihat ke teras, ternyata udah ada sepeda baru untuk aku. aku kaget sekaligus seneng waktu itu. sampai sekarang, setiap aku inget momen itu aku jadi ngerasa sayang banget sama umi. bener-bener gak bisa aku lupain walaupun waktu itu aku masih kecil banget…

cerita jafar berakhir dengan genangan air mata di pelupuk mata saya. tiba-tiba saya menjadi seribu kali lebih sayang, seribu kali lebih kangen sama umi. apalagi  belum genap 24 jam umi dikebumikan. rasanya ingin percaya kalau kepergiannya hanya mimpi. entah pengorbanan macam apa yang umi lakukan untuk menghadirkan sepeda itu buat putranya. mungkin bukan dengan menggadai cincin pernikahan. kami tak tahu pasti. yang kami tahu telah begitu banyak pengorbanan yang dilakukannya  untuk kami. pengorbanan tulus seorang umi, seorang ibu.

sekarang, apa sudah kau temukan benang merahnya?

biar saya bantu.

jafar dan burlian.

mereka punya satu persamaan. ya, mereka anak-anak beruntung. karena apa? karena ibunda mereka sungguh sungguh luar biasa.

4 thoughts on “jafar dan burlian

  1. Hah? Seriusan ma itu adekmu? *Terakhir liat foto adek2mu ya di foto keluarga yg bareng2 itu, masih pada kecil2 semuaaa… 😀

    Smg bisa meneladani kesabaran ummi dlm mendidik anak2ku besok, aamiin T^T

  2. hmm T T jadi terharu, semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik untuk ummi…hoah ternyata kaimah toh?ganti alamat rumah nih bu…

Leave a comment