Dear Kakak

Semakin kakak besar, semakin banyak kecemasan saya sebagai orang tua. Kadang bisa bawel banget kalau dia akan pergi main ke rumah temannya, ingatkan tentang adab dan kawan-kawan.

Derasnya arus informasi bikin saya merasa banyak sekali hal-hal yang harus diingatkan ke anak-anak. Jangan begitu jangan begini. Ingat untuk begitu ingat untuk begini. Tidak ingin sesuatu yang anak-anak lakukan merugikan, melukai, membuat tidak nyaman orang lain. Mungkin salah satu efek samping jadi orang tua adalah: makin banyak bahan overthinking ya. Sekarang doa yang rutin saya rapal untuk anak2 salah satunya adalah: Ya Allah jauhkanlah anak-anak hamba dari bahaya dan membahayakan orang lain. Tambahannya: Dekatkan anak-anak dengan kebahagiaan dan membahagiakan orang lain.

Kakak yang beranjak remaja tentu ada gejolak emosi yang lebih dari waktu dia bocah. Kadang saya merasa kakak kok begini kok begitu. Hal2 yang mungkin masih dalam tahap pembiasaan dan pendewasaan. Hal-hal yang karenanya membuat saya khawatir tentang bagaimana kakak membawa dirinya di luar.

Ahad lalu, pulang dari aeroshow TNI AU, kami naik angkot Transhalim menuju tempat ayah parkir mobil. Karena banyaknya volume kendaraan di Halim, angkot yang kami naiki stuck. Padatnya super merayap. Ketika itu kami sudah sekitar 20 menit di satu titik. Seorang balita yang dipangku ayahnya muntah sedikit dan terkena kaki kakak. Saya awalnya tidak menyadari karena duduk cukup jauh dari kakak. Baru sadar ketika bapak anak itu meminta maaf ke kakak sambil mengelap muntah yang terkena kaki kakak dengan baju anaknya.

Saya tahu kakak tipe yang cukup higienis untuk tubuhnya. Tipe yang kalau buang sampah harus pakai sarung tangan, jadi saat itu kakak pasti merasa nggak nyaman. Yang bikin terharu adalah kakak dengan senyum bilang ke bapak itu “Gak papa gak papa.”

Sekitar 10 menit setelah kejadian itu angkot masih di titik yang sama. Ayah akhirnya memutuskan untuk kami jalan kaki ke masjid terdekat, transit sambil menunggu zuhur di sana. Sampai masjid kakak segera mencari keran, mencuci sandal dan kakinya berulang dengan tenang. Lanjut bersihkan di area wudu yang tersedia sabun.

Pulang dari Halim, untuk menghibur Hiro yang mulai goyah puasanya, ayah ajak kami menonton Super Mario di Kokas. Saat itu ada seseorang menjatuhkan barang dari sakunya lalu berjalan cepat. Kakak yang melihatnya segera mengambil barang itu dan mengejar pemilik untuk memberikan barang yang terjatuh. Saya yang memperhatikan dari belakang dalam hati mengucap hamdalah. Hal remeh mungkin, tapi kita bisa memilih gak peduli dan jalan lurus saja. Hamdalah kakak memilih hal lain.

Dua hal ini sukses bikin hati saya hangat.

Dear Kakak, Bunda tulis ini di sini sebagai bentuk apresiasi ke kakak yang berusaha untuk melakukan kebaikan-kebaikan kecil. Di masa depan bunda bisa lupa akan kejadian ini, kalau kakak mampir ke blog bunda, kakak bisa tau ya. Bahwa suatu hari kakak pernah bikin bunda merasakan happy macam ini. Semoga Allah rida senantiasa.

Love you, Kak!