tentang pilihan kata dan kerikil-kerikil di hati

serial tv lie to me (versi amerika, bukan drama korea yang salma tonton sampai begadang) sedikit banyak membuat saya belajar. pertama, saya yang masih dodol banget bahasa inggrisnya jadi dapat beberapa vocab baru, karena mau gak mau saya jadi buka kamus ketika menemukan kata-kata yang saya gak paham. kedua, saya belajar dari Dr.Cal Lightman (Tim Roth) tokoh utama di serial ini untuk mendefinisikan beberapa  ragam ekspresiyang sering saya lihat pada orang-orang di sekeliling saya. Dr. Lightman, the lie guy yang melakukan reading face dapat mendeteksi kebohongan dari facial cues atau micro-expressions seperti alis yang terangkat, bibir yang tertarik ke atas atau ke bawah, smirk, gestur tubuh, dan lain sebagainya. oke, menurut Joe Navarro M.A. dalam sebuah artikel di psychology today, mendeteksi kebohongan tidak pernah semudah itu. menurutnya beberapa facial cues bisa jadi muncul karena ketidaknyamanan seseorang akan hal lain yang sedang dia pikirkan, bukan karena ia sedang berbohong. paling tidak, dari Dr. Lightman saya belajar mendeteksi happy, sad, angry, guilt, shame, contempt, disgust, relief dari wajah seseorang. hal-hal yang saya duga akan sangat mudah sekali dideteksi dari wajah saya karena saya sangat ekspresif, hehe..

nah, pada serial ini, selain Dr. Lightman, ada partner Dr. Lightman, Dr. Gillian Foster, seorang psikolog yang ahli dalam menganalisis intonasi suara dan pemilihan kata yang digunakan seseorang. beuh, jago banget kedengarannya yaph. dari intonasi suara, Dr. Foster ini bisa tahu kalau seseorang terlibat dalam suatu kasus. Foster juga menangkap keraguan pada seorang ayah akan kebenaran putrinya sebagai putri kandungnya ketika si ayah memilih kata ‘her parent’ instead of ‘her father’. atau ketika seseorang memilih menggunakan kata ‘was not’ instead of ‘wasn’t’ Foster menangkap ada sesuatu yang disembunyikan orang itu.

bicara tentang pemilihan kata, saya jadi teringat ketika suatu sore kami sedang menonton serial Masterchef ketika itu, beberapa pemain dan official dari klub intermilan datang sebagai bintang tamu. kontestan yang memasak hidangan paling enak, mendapat hadiah sebuah jersey intermilan yang sudah ditandatangani oleh para pemainnya. sesuatu banget memang buat orang yang gandrung klub sepak bola itu. waktu itu, salah satu juri berkata demikian “selamat ya, saya aja mau dapat kaos itu..”

suami saya lalu berkomentar

“nah, itu yang sering kita gak sadar, ada kesan sombong dalam kalimat tadi, dia pakai kata aja, sebaiknya  pakai juga…”

see?

begini, sang juri bilang,  saya aja mau dapat kaos itu, tandanya dia terkesan lebih super dari sang kontestan. lain halnya jika sang juri bilang saya juga mau, itu baru menunjukkan kesetaraan, kalimat yang wajar. yap, hal-hal seperti ini seringkali terjadi. tanpa sadar pilihan kata kita bisa menyiratkan kesombongan, suatu sifat yang harus terus direduksi kehadirannya agar hati kita bisa lebih lapang. mungkin sang juri gak maksud berkata demikian, tapii pengalaman saya nih, yang gak maksud juga terkadang dapat melukai hati. sering  terjadi pada diri saya yang namanya bicara sebelum berpikir, atau kadang hati, otak, dan mulut gak bersinergi mengucapkan kalimat yang tepat. yang gak enak adalah ketika orang yang sakit hati diam saja, dipendam terus, kitanya gak tahu, gak sempat minta maaf..

saya jadi ingat hal lain nih. ada artikel rubrik tazkiyatun nafs di majalah ummi yang bercerita tentang Abu Hurairah. yap, sang perawi hadits yang banyak sekali memaparkan tindak dan tutur kata Rasulullah. ternyata, Abu Hurairah memang memiliki tugas mencatat. beliau asisten rasul yang kerap ikut rasul bepergian dan mencatat semuanya sampai adab rasul ketika di kamar mandi. ketika berperang, Abu Hurairah tidak berperang, tapi mencatat apa-apa yang rasul lakukan saat berada dalam peperagan. beliau memiliki andil besar dalam tersampaikannya siroh Nabi Muhammad pada kita, ummat yang belum sempat bersua dengannya. poin dari artikel ini adalah sifat tawadhu’ alias humble dari Abu Hurairah. meskipun beliau sangat dekat dengan nabi, beliau tidak pernah merasa paling dekat dengan nabi. begitupun dalam cara beliau meriwayatkan hadits tidak pernah dengan sesumbar bahwa beliau tahu segalanya tentang nabi. bagaimana dengan kita? seringkali kita temukan, orang, bahkan diri kita sendiri yang merasa bangga ketika memiliki kenalan orang hebat, atau pejabat, atau artis mungkin. hal ini menjauhkan kita dari sifat rendah hati dan berpotensi tinggi memunculkan penyakit-penyakit hati yang kadang tidak kita sadari.

ini koreksi buat saya pribadi juga nih. saya ingat waktu sekolah dulu pernah norak banget, hehe. (emang sekarang udah gak norak kar? :D) waktu itu abi cerita kalau ibunya marshanda jadi klien abi, abi udah ketemu si artis dan diundang ke ultahnya.. eh saya yang girang coba. paginya di sekolah saya dengan norak dan girang gitu cerita deh ke teman-teman, hehe.. padahal ya ampun kar.. itu kan si abi yang kenalan dan diundang bukan si kamu, itu juga karena emaknya jadi kenal. kalaupun ya, saya yang kenal langsung sama orang-orang ngetop, itu kan dianya yang ngetop, yang hebat, bukan kamunya.. haha.. malu ah eike kalau ingat cerita itu :D. perasaan senang kalau ketemu dan bisa kenal dengan orang hebat memang wajar, apalagi kalau ketemu idola (saya membayangkan bagaimana bengongnya saya kalau bertemu ismail haniyya, atau neil gaiman) kalau sudah senang begitu bawaannya pingin share kan, sebenarnya gapapa juga si,  gapapa banget malah. asal gak pake lebay, gapake bumbu2 dan kesan2 tertentu yang tidak ada pada kejadian sebenarnya, hehe..

well, bapak (mertua saya) bilang, yang namanya penyakit hati seperti iri, dengki, dan kawan-kawannya itu bukan untuk dihilangkan. karena itu sifat yang insya Allah sudah ada pada diri manusia. tugas kita adalah mengelolanya. kan bisa iri pada orang yang berbuat baik, pada orang yang sudah memberi manfaat banyak bagi orang lain. lalu diminimalisir dengan self toyor alias marah marah pada diri sendiri ketika si sombong si iri si dengki itu sudah tidak pada tempatnya. *exhaling breathe.. istighfar dulu yuk..

p.s.: mohon maaf jika ada pilihan-pilihan kata yang tidak tepat pada postingan2 saya

Leave a comment